Dari Aktivis Hingga Penulis, Pemuda Aceh Sukses Rilis Tujuh Buku
BANDA ACEH, (TB) – Pemuda Aceh, Sulthan Alfaraby yang sukses menulis 6 buku sebelumnya, kini akan merilis sebuah buku terbaru yang berjudul “Sang Penghancur Hati” di hari ulang tahunnya yang ke 22 tahun, Selasa (20/07/2021).
Memulai langkah sebagai aktivis mahasiswa yang kerap mengkritik di jalan hingga menulis buku dan ratusan karya selama berkuliah memang tak mudah.
Banyak rintangan yang harus dilalui, mulai dari tertipu sampai sukses mengenalkan karyanya ke tokoh-tokoh Aceh, nasional dan internasional.
Kali ini, dengan mengusung tagline “Setia adalah Karakter, Bukan Keadaan”, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Aceh kelahiran 21 Juli 1999 itu mengaku optimis untuk merilis buku novel bernuansa cinta tersebut.
“Alhamdulillah, selesainya (novel itu) sudah lama. Saya sengaja merilis novel itu saat hari ulang tahun, karena tanggal 21 Juli adalah hari bersejarah bagi saya, tepat di hari ulang tahun yang ke-22”, ujar Alfaraby dalam keterangan tertulisnya yang diterima Media ini, Selasa (20/07).
Menurut Alfaraby, menulis buku ibarat melahirkan seorang anak. Selain itu, dia mengatakan bahwa menulis buku merupakan cara seseorang untuk berekspresi.
“Menulis buku itu seperti kita melahirkan seorang anak. Mengingat umur saya sudah menginjak 22 tahun, Alhamdulillah, berkat bantuan semua pihak, saya selesai lahirkan 7 buku dengan bermacam genre. Ini adalah cara untuk berekspresi dan melepas lelah dalam menjalani kehidupan”, terangnya.
Dia juga menjelaskan, bahwa isi dari novel “Sang Penghancur Hati” tersebut terinspirasi dari kisah nyata dalam kehidupan percintaan anak muda.
“Berawal dari mengamati fenomena anak muda, saya terinspirasi menulis novel ini. Novel ini mengisahkan tentang dua sejoli yang saling berkomitmen tentang cinta untuk membangun rumah tangga”, ujar Alfaraby.
Dalam novel ini pula dua sejoli tersebut akan diuji dengan berbagai macam hal dalam lika-liku perjalanan cinta mereka.
“Namun, di tengah jalan ada saja hambatan. Mulai dari masalah harta, pekerjaan dan jabatan. Mereka berdua diuji untuk setia. Biasanya jika kita sedang di bawah, pasti jarang ada yang mau ikut berjuang dari nol. Begitu pula saat kita sukses dan jatuh, pasti jarang yang setia. Itu garis besarnya. Novel ini akan bercerita tentang semua itu”, tambah Alfaraby.
Saat ditanya tentang arti judul “Sang Penghancur Hati”, Alfaraby kemudian menjawab bahwa hal tersebut merupakan akhir dari kisah dua sejoli tersebut.
“Nantinya akan ada yang dikecewakan dan mengecewakan. Saya setuju, setia itu adalah karakter, bukan karena keadaan. Jika memang setia, bagaimanapun keadaan, maka akan tetap setia”, tutupnya.
Sulthan Alfaraby pun mengaku terbuka dengan semua pihak, baik untuk memesan buku atau bahkan saling berbagi pengalaman menulis.
Sejumlah pemuda di Aceh juga sukses dibantu dalam merilis buku. Alfaraby bisa dihubungi melalui Whatsapp: 081315315556. (Sto/Red)