JAKARTA, (TB) – Center For Budget Analysis (CBA) mengkritisi besarnya anggaran perawatan pesawat KePresidenan Republik Indonesia yang jumlahnya mencapai puluhan miliar.
Ucok Sky Khadafi Direktur CBA melalui surat terbuka nya yang diterima redaksi media ini, Selasa (11/08) mempertanyakan terkait anggaran pemeliharaan pesawat tersebut.
Berikut kutipan naskah asli surat terbuka CBA yang ditujukan kepada Mensetneg Pratikno :
Kami dari CBA (Center For Budget Analysis) ingin bertanya kepada Menteri Setneg Pratikno, Berapa sih nominal angka Anggaran ngecat Pesawat kepresidenan atau pemeliharaan pesawat VVIP kepresidenan.?
Dari penelusuran dokumen RUP (rencana Umum Pengadaan) kementerian sekretariat Negara pada tahun 2020, ada dua proyek untuk pemeliharaan pesawat VVIP kepresidenan sebesar Rp.45.7 milyar. Satu proyek dengan kode RUP 22432000 mempunyai anggaran sebesar Rp.25.7 miliar. Sedangkan dengan kode RUP 2243.549 yang mempunyai nilai sebesar Rp.20 miliar.
Kemudian dari proyek sebesar Rp.45.7 miliar ini, banyak publik tidak tahu. Yang diketahui publik adalah anggaran ngecat pesawat kepresidenan sebesar Rp.2.1 Milyar. Sedangkan dua proyek pesawat kepresidenan sebesar Rp.45.7 milyar seperti disembunyikan dalam labirin kantor setneg sendiri.
Maka untuk itu, pihak setneg sebaiknya memberikan penjelasan secara detail kepada publik, untuk biaya apa saja anggaran sebesar Rp.45.7 milyar dikeluarkan. Apakah anggaran sebesar Rp.45.7 milyar sudah termasuk untuk ngecat pesawat kepresidenan sebesar Rp.2.1 milyar. Karena alokasi anggaran Rp.2.1 milyar tidak ada dalam dokumen RUP (rencana Umum Pengadaan).
Tetapi yang penting, pihak setneg harus menjelaskan anggaran sebesar Rp.45.7 milyar dipakai untuk apa saja. Misalnya, Kalau ada kabel pesawat yang rusak, maka harus dijelaskan kabel merek apa atau perkakas seperti apa yang diperbaiki sehingga negara harus mengeluarkan anggaran yang begitu tinggi, sampai sebesar Rp 45.7 Milyar.
Selanjutnya, selain anggaran diatas, pihak setneg juga mengeluarkan anggaran lain untuk program pesawat kepresidenan. Yaitu ada proyek pemeliharaan Hanggar untuk pesawat kepresiden sebesar Rp.2.1 milyar. Padahal pada tahun 2020 proyek pemeliharaan Hanggar kepresidenan Hanya sebesar Rp.1.1 milyar. Jadi Anggaran untuk proyek pemeliharaan Hanggar kepresidenan dari tahun 2020 ke 2021 seperti disulap membengkak sebesar Rp.1 milyar.
Selain itu, sekretariat Negara juga harus menguras APBN untuk proyek – proyek pesawat kepresiden seperti pada tahun 2021 ada proyek CCTV untuk hanggar pesawat kepresiden sebesar Rp.148 juta.
Dan pada tahun 2020, ada juga proyek proyek yang boros, dan tidak masuk akal untuk pesawat kepresidenan seperti pemeliharaan kebersihan pesawat kepresiden sebesar Rp.2.1 milyar, kemudian proyek pemeliharaan mekanikal, Elektrikal hanggar pesawat kepresidenan sebesar Rp.519 juta.
Sehingga Proyek proyek seperti pemeliharaan pesawat kepresidenan ini, jadi tempat yang “basah” bagi orang orang setneg. Bagaimana tidak basah, dua proyek saja seperti pemeliharaan pesawat VVIP kepresidenan sebesar Rp.45.7 milyar, dengan memakai metode pengadaannya hanya penunjukan langsung. Jadi enak dong perusahaan yang ditunjuk jadi pemenang.
Pantesan mereka kelihatan lebih enak dan nikmat mengurus proyek pesawat kepresidenan daripada urusin covid 19. (Sto/Red)