Tiga Penyimbang Adat di Pesawaran Desak Gubernur Lampung Perhatikan Pembagunan Jalan Raya Kedondong

PESAWARAN, (TB) – Tiga Penyimbang Adat Lampung yang ada di kabupaten Pesawaran mendesak Gubenur Lampung Arinal Junaidi Agar memperhatikan atau segera menganggarkan pembangunan jalan Provinsi yang terletak di jalan raya kedondong Kabupaten Pesawaran.

Tiga Penyimbang Adat lampung yang tediri dari Makhga Putih Perngikhan Bandkha Saka, Mahkga Badak Pengikhan Bandakh Makhga , dan Makhga Limau Batin Perwira Kusuma, yang berada di tiga kecamatan. Yakni kecamatan Way Lima, kecamatan Kedondong dan Kecamatan Way Khilau Mendesak Gubenur Provinsi Lampung, Bapak Arinal Junaidi maupun dinas terkait Memperhatikan jalan tersebut.
“Kami Tiga Penyimbang Adat Menyampaikan bahwa jalan Provinsi yang terhubung dari Kecamatan Gedong Tataan sampai Kecamatan Way Khilau saat ini keadaan jalan tersebut sangat rusak parah dan memprihatikan,” kata Irwanto yang bergelar Batin Perwira Kusuma saat di temui di kediamannya Desa Tempel Rejo Kedondong, Senin (12/07/21).

Ia melanjutkan selain jalan yang rusak berapa jembatan penghubung yang rusak dan belum di bangun ada empat jembatan, sehingga banyak pengguna jalan dan sering terjadi kecelakaan.
Ia menambahkan, jalan Provinsi yang selama ini di gunakan oleh masyarakat di tiga Kecamatan sebagai jalan penghubung dan jalur pengangkut hasil bumi dan pertanian, sehingga jalan ini sebagai penunjang peningkatan perekonomian di tiga Kabupaten tersebut.
“Kami sebagai Penyimbang Adat yang terdiri dari Makhga Putih, Mahkga Badak, dan Makhga Limau yang berada di tiga kecamatan Way Lima, kecamatan Kedodong dan Kecamatan Way Khilau, Meminta Gubenur Lampung, Bapak Arinal Junaidi melalui dinas terkait, untuk melakukan peningkatan badan jalan dan membangun fisik empat jembatan yang terletak di jalan pehubung tersebut,” Pintanya.

Diantaranya, jembatan Way Kuta Dalom, jembatan Way Teba Jawa, jembatan Way Gunung Sugih,dan Jembatan Way Kali Kambang Kedondong, melihat dari catatan sejarah ke empat jembatan itu di bangun pada jaman penjajahan Belanda.

( Oby )